Flying vet membutuhkan dukungan biaya operasional dan Klinik Rehabilitasi dan Nekropsi.
Bantu mereka dengan berdonasi mulai dari Rp 100.000.

Pada tanggal 6 Februari hingga 7 April 2018 ditemukan 21 ekor penyu terdampar di pesisir Paloh, Kalimantan Barat, dalam keadaan mati dan membusuk.  Pada 3 Juni 2018, pagi hari bangkai Paus Sei (Balaenoptera borealis) ditemukan terdampar dalam kondisi mati di pesisir pantai Kampung Sobei, Distrik Teluk Duairi, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat. Kemudian tanggal 18 November 2018 dilaporkan 1 ekor Paus Sperma terdampar di Wakatobi dalam kondisi mati dan telah mengalami pembusukan tingkat lanjut (kode 4). Data Whale Stranding Indonesia (2018) menyatakan bahwa lokasi kejadian megafauna laut terdampar di berbagai wialayah Indonesia selama 10 tahun terakhir antara lain berada di Kalimantan Timur (107 kasus), Bali (57 kasus), Aceh (25 kasus), Nusa Tenggara Timur (22 kasus), dan Papua (19 kasus).

Kejadian mamalia laut terdampar tidak bisa diprediksi kapan waktu terjadinya, sehingga dibutuhkan kesiapan, kemampuan, serta kerjasama antar stakeholders dan masyarakat dalam melakukan penanganan di lapangan.

WWF-Indonesia, Yayasan Cetacean Sirenian Indonesia (Cetasi), Kementrian Kelautan Perikanan (KKP) bersama dengan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) membentuk tim I AM Flying Vet (Indonesia Aquatic Megafauna - Flying Vet). I AM Flying Vet dibentuk sebagai respon terhadap kondisi meningkatnya kejadian megafauna laut terdampar. Bagi dokter hewan, jika ada kasus biota laut terdampar disekitarmu dibutuhkan nekropsi, karena nekropsi akan membantu para dokter hewan dalam memperoleh informasi keadaan mamalia laut yang telah mati itu.

Ayo bantu dokter hewan untuk berperan aktif dalam dunia forensik veteriner seperti yang telah berkembang dibanyak negara!

(Anda juga bisa berdonasi melalui transfer antar bank ke Rekening BCA 2173012870 atas nama Yay WWF Indonesia.)