Di tengah kian seringnya dilakukan pemadaman listrik bergilir di Indonesia, WWF-Indonesia tak henti mengingatkan masyarakat tentang pentingnya penghematan listrik. Bukan sekadar untuk mengurangi pengeluaran bulanan semata, tapi untuk mengatasi masalah kurangnya pasokan listrik di Indonesia, pasokan listrik yang belum bisa dinikmati seluruh rakyat Indonesia; serta adanya ancaman pemanasan global.
�Sasaran kampanye POWERSWICTH! memang konsumen kota, dikelompok A dan B dengan daya beli tinggi. Karena mampu membayar listrik, sehingga kelompok ini pemakaiannya kerap boros, padahal masalah listrik bukan hanya bisa bayar atau tidak, tapi keterbatasan pasokan juga akses yang terbatas bagi masyarakat lainnya,� jelas Muhamad Suhud, Koordinator Energi untuk Program Iklim & Energi, WWF-Indonesia di sela-sela kegiatan kampanye listrik dengan tema Hemat Listrik: Smart Saving, Smart Living di Cilandak Town Square, Minggu, 23 Juli 2006.
Dalam siaran pers WWF-Indonesia menyatakan bahwa secara global, hampir 40 persen emisi karbon dihasilkan oleh sektor ketenagalistrikan. Semakin tinggi konsumsi listrik maka semakin tinggi pula emisi karbon yang dihasilkan dari pembangkit listrik, karena 60 persen menggunakan bahan bakar fosil. Sementara pembakaran bahan bakar fosil adalah penyebab utama terjadinya pemanasan global, yang berdampak pada meningkatnya suhu bumi secara global.
Ironisnya saat masih sekitar 45 persen penduduk Indonesia yang belum dapat menikmati listrik, kelompok yang memiliki akses listrik, justru melakukan gaya hidup boros tanpa menyadari bahwa listrik adalah komoditas yang terbatas dan selayaknya dapat diakses oleh seluruh Indonesia masyarakat Indonesia. Permintaan listrik yang kian meningkat dan boros, sementara kapasitas pembangkit listrik yang ada terbatas mengakibatkan terjadinya pemadaman bergilir.
Minimnya kesadaran konsumen di kota besar seperti Jakarta, yang belum menyadari atau seringkali lupa bahwa sebenarnya kita hidup ditengah krisis energi juga diakui Guruh (31 tahun), seorang pengunjung, � Ya saya tahu kalau menghemat listrik itu penting, tapi kenyamanan kehidupan modern sering membuat kita lupa lupa untuk melakukan penghematan,� tuturnya. �Kampanye ini, apalagi dengan berbagai informasi dan tips dalam bentuk stiker, setidaknya membantu mengingatkan kita, bahwa memang hemat listrik ini hal penting yang bisa dilakukan masyarakat shari-hari hari untuk mengatasi masalah kurangnya listrik atau masalah lingkungan lainnya.� tambahnya.
Kebanyakan keluarga sudah menerapkan gaya hidup hemat listrik, demi penghematan pengeluaran keluarga. Seperti yang dilakukan Vina (34 tahun). Ibu dua anak ini, mengajarkan anak-anaknya sejak kecil untuk selalu menyalakan AC saat diperlukan dan mematikan PS setelah selesai dimainkan. �Wah ini bagus sekali ya, saya jadi tahu kalau kenyamanan yang kita dapat dari listrik membawa konsekwensi lain, terutama dampak lingkungan,� katanya. Vina berharap WWF-Indonesia juga mendorong penggunaan energi alternatif untuk mengatasi krisis energi.
Verena Puspawardani, Energy Public Campaigner, Program Iklim & Energi, WWF-Indonesia percaya bahwa tindakan sederhana yang dilakukan setiap individu setiap hari dapat mengatasi masalah krisis energi dan lingkungan. �Kegiatan edukasi publik tentang pentingnya penggunaan listrik secara efisien, seperti menghemat listrik dan penggunaan peralatan elektronik dengan daya kecil (watt) dengan kualitas yang baik perlu terus dilakukan dengan sasaran berbagai kelompok, termasuk kelompok anak-anak dan anak muda�, jelasnya.
Untuk menarik perhatian publik, kegiatan kampanye POWERSWITCH! dimeriahkan oleh penampilan berbagai kelompok musik seperti Gebot Perkusi Bandung, Cozy Street Corner, Jamaica Caf�, Java Island dan Institut Musik Daya Jazz Kuintet. Sementara bagi kelompok anak-anak, ada kegiatan dongeng dengan Kak Ucon dan kesempatan untuk berfoto bersama Pando, tokoh yang menjelaskan isu pemanasan global kepada anak-anak melalui media komik.
Tips hemat listrik ala Selebritis
Samuel AFI, si kecil bersuara dasyat punya cerita unik tentang pemadaman listrik. Saat itu dia sedang mengisi acara di Istora Senayan yang dihadiri juga oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Tiba-tiba listrik mati, sehingga ruangan menjadi panas.�Presiden jadi kipas-kipas karena kegerahan deh�.
Memang sepertinya repot dan tidak mudah bagi kita yang terbiasa hidup nyaman dengan dikelilingi alat-alat listrik harus mengurangi penggunaannya. Tapi bukan berarti tidak bisa lho, karena memang sudah saatnya bagi kita untuk ikut aktif berhemat karena semakin terbatasnya sumber daya dan semakin besarnya ancaman lingkungan.
Surya Saputra mengaku kalau dia sangat tergantung pada listrik, terutama untuk AC, water heater, kulkas,�Kalau mati listrik, wah lebih baik keluar rumah deh,�katanya. Sementara Vian dan Adit juga punya pengalaman menyebalkan, saat diakhir proses rekaman, mereka terpaksa berhenti karena ada pemadaman listrik.
Tapi Samuel AFI, Surya Saputra, Adit dan Vian (anggota band Bintang) jadi punya cara cerdas kadang jahil dari untuk hemat listrik. Semuanya mereka bagikan dalam acara �Ngobrol Santai: Apa Kamu Sudah hemat listrik?� yang dipandu Charles Bonar Sirait, di Citos, Minggu (23/7) siang. Mau mencontek gaya mereka..karena sudah saatnya kita semua hemat listrik kan:
- Jangan bosan-bosan untuk cerewet pada orang lain yang lupa untuk melakukan penghematan. Seperti yang sering dilakukan Samuel saat melihat sang ayah tertidur didepan TV yang masih menyala.
- Charles memilih menggunakan timer untuk alat listrik seperti AC, sehingga tidak usah dipasang hingga pagi hari, cukup saat suhu ruangan sudah nyaman untuk istirahat, matikan. �Lagi pula orang yang tidur dalam suhu yang terlalu dingin, malah mudah kena flu,� jelasnya.
- Barang-barang yang hemat listrik banyak digunakan Surya Saputra. �Jangan lupa juga , matikan semua peralatan listrik, jangan hanya dibiarkan dalam posisi stand by, karena masih menghabiskan listrik.�
- Latihan pakai akustik, sampai lancar, baru masuk studio rekaman. Itu resep dari Adit dan Vian.
- Gunakan solar cell untuk untuk water heater, seperti yang dilakukan keluarga Samuel
S15nny - 02 Mei 2008 18:54:13
Perlu adanya kampanye secara meluas untuk membangkitkan kesadaran masyarakat akan bahayanya pemanasan global, dengan contoh konkrit a.l: tindakan menggunakan tas belanja yang bukan dari plastik karena sulitnya didaur-ulang dan menghindari pemakaian produk
Nazla - 13 Februari 2008 12:56:54
Huauaauaua
Keren - 13 Februari 2008 12:56:30
orang keren mau komentar...