Aktual
Tips
Buletin SAlam
 
 
> Info > Aktual > Detil
Video Jebak WWF-Indonesia Rekam Gambar Induk dan Anak Harimau Sumatera
13 Januari 2010

Jakarta – Untuk pertamakalinya video jebak (video trap) yang di pasang oleh tim riset WWF-Indonesia di Sumatera Bagian Tengah – tepatnya diantara dua wilayah konservasi Suaka Margasatwa Rimbang Baling dan Taman Nasional Bukit Tigapuluh di Propinsi Riau dan Jambi -- berhasil merekam gambar harimau betina dan dua anaknya. Temuan ini memberikan informasi ilmiah dan unik tmengenai tingkah laku satwa dilindungi tersebut.

Setelah beroperasi selama satu bulan, kamera video otomatis bersensor mendokumentasikan foto keluarga harimau Sumatera saat mereka berjalan melintasi dan mengendus video jebak tersebut.

Saat ini diperkirakan hanya terdapat sekitar 400 individu Harimau Sumatra di alam liar dengan status kritis terancam punah (critically endangered) dimana keberadaan mereka terus terancam oleh rusaknya habitat, dan perdagangan serta perburuan ilegal.

Setelah lima tahun penelitian harimau menggunakan kamera jebak (camera trap) yang menghasilkan gambar tak bergerak, pada September 2009 WWF mulai menggunakan video jebak (video trap) untuk melengkapi temuan-temuan sebelumnya. Hasilnya, pada Oktober 2009 untuk pertama kalinya di kawasan tersebut induk harimau beserta anaknya dapat didokumentasikan dengan video jebak saat berada di alam.

“Memperoleh cuplikan video tersebut hanya dalam jangka waktu satu bulan setelah pemasangan kamera video merupakan suntikan moral yang sangat berarti bagi tim kami di lapangan,” jelas Karmila Parakkasi, koordinator Tim Riset Harimau Sumatera WWF-Indonesia. “Walaupun demikian, kami merasa khawatir karena hutan di kawasan tempat kami memperoleh video serta foto harimau tersebut terancam oleh pembukaan lahan oleh dua perusahaan pulp dan kertas raksasa, perkebunan kelapa sawit, serta perambahan dan penebangan liar. Yang menjadi pertanyaan, bisakah anak-anak harimau tersebut tumbuh besar di lingkungan seperti ini?,” kata Karmila.

Temuan video ini didapatkan hampir berdekatan waktunya dengan peluncuran kampanye Year of Tiger yang akan dimulai secara serentak secara global pada 14 Februari 2010, yaitu bersamaan dengan dimulainya tahun Harimau dalam kalender penanggalan Cina (Imlek). Kampanye ini akan dilaksanakan di sejumlah Negara, termasuk Indonesia, yang merupakan daerah sebaran harimau untuk meningkatkan kesadaran mengenai konservasi harimau. Selain juga untukmendorong komitmen politis perlindungan harimau dari para Kepala Negara yang hadir dalam pertemuan tingkat tinggi “Tiger Summit” bulan September mendatang di Vladivostok,Russia yang akan dituanrumahi oleh Perdana Menteri Russia Vladimir Putin dan didukung oleh WWF dan sejumlah mitra lainnya yang tergabung dalam the Global Tiger Initiative.

Spesies harimau diseluruh dunia saat ini hanya tersisa 3200 ekor yang meliputi enam sub-spesies yaitu harimau Sumatera, Bengal, Amur, Indochina, Cina Selatan, dan Malaya. Tahun Harimau kali ini bisa saja merupakan kesempatan terakhir kita untuk menyelamatkan harimau jika tidak ada upaya serius dalam menyelamatkan spesies karismatik ini. Dukungan skala besar dari berbagai pihak dibutuhkan untuk pelestariannya.

Selain mendapatkan gambar harimau betina dan dua anaknya, video jebak yang dipasang tersebut juga mendapatkan gambar harimau jantan dan satwa burunya yaitu babi hutan dan rusa, dan satwa lainnya seperti tapir, monyet ekor panjang, landak, dan luwak.

Video jebak bekerja dengan sensor infra merah yang otomatis teraktifasi saat sensor tersebut mengidentifikasi panas tubuh yang melintasinya. Piranti ini menjadi alat yang sangat penting dalam upaya mengidentifikasi individu harimau guna memonitor populasi serta habitat dan wilayah jelajahnya.

“Ada tantangan tersendiri dalam mengoperasikan kamera-kamera ini, di satu sisi kita harus memasangnya di lokasi yang biasanya dilewati satwa, namun di sisi lain kita juga harus melindungi kamera tersebut dari kemungkinan dicuri oleh pembalak dan pemburu liar.” lanjut Karmila.

Karmila dan tim risetnya pertamakali memperoleh foto induk dan kedua anak harimau tersebut pada Juli 2009 dengan menggunakan kamera jebak biasa (tidak bergerak). Sayangnya gambar yang didapat tidak terlalu baik kualitasnya. “Kami tidak terlalu yakin dengan jumlah anak harimau yang terdokumentasi dalam foto-foto tersebut,”ujarnya. Untuk mengkonfirmasi hasil awal yang diperoleh, video jebak dipasang pada bulan September di lokasi yang sama.

Tim Riset Harimau WWF sejauh ini telah memasang empat kamera video jebak di kawasan jelajah harimau yaitu di antara dua wilayah konservasi Suaka Margasatwa Rimbang Baling dan Taman Nasional Bukit Tigapuluh. Kawasan ini merupakan koridor satwa atau hutan yang bersambungan yang memungkinkan perpindahan satwa dari satu tempat ke tempat yang lain. Hanya saja beberapa bagian di wilayah tersebut sudah atau akan dialihfungsikan oleh perusahaan pulp & kertas. Pembukaan hutan alam tersebut akan mempengaruhi kelestarian harimau di wilayah tersebut.

“Tak lama lagi, saat anak harimau ini cukup dewasa untuk lepas dari induknya, maka ia akan membutuhkan wilayahnya sendiri. Tapi kemana anak harimau ini akan pergi?” ujar Ian Kosasih, Direktur Program Kehutanan dan Spesies WWF-Indonesia. “Dengan menyusutnya habitat harimau akibat alih fungsi hutan, harimau akan semakin sulit menghindari kontak langsungdengan manusia. Hal ini tentu saja akan sangat membahayakan bagi keduanya.”

“Dengan adanya bukti ilmiah mengenai keberadaan harimau ini, WWF menghimbau agar daerah antara Rimbang Baling dan Bukit Tigapuluh didedikasikan sebagai koridor satwa yang dikelola secara baik dengan menerapkan praktik-praktik berkelanjutan,” lanjut Ian Kosasih.

WWF juga meminta perusahaan pulp dan kertas—Sinar Mas/ APP dan APRIL—serta perkebunan kelapa sawit yang beroperasi di daerah tersebut untuk melindungi hutan bernilai konservasi tinggi yang diidentifikasi sebagai habitat alami harimau dan satwa langka lainnya. Para pelaku industri tersebut harus menghentikan pembabatan hutan dan pembangunan jalan di daerah yang merupakan habitat alami satwa langka karena akan mempermudah akses bagi para pemburu dan perambah liar.

Saat ini WWF-Indonesia bekerja bersama dengan pemerintah pusat dan provinsi dalam merumuskan wilayah prioritas restorasi serta mengimplementasikan tata ruang yang mendukung pembangunan secara lestari serta menjamin perlindungan terhadap hutan alam yang masih tersisa—untuk memberikan wilayah jelajah bagi harimau Sumatera yang diharapkan akan meminimalisir kemungkinan konflik dengan manusia.


Catatan untuk Editor

  1. Video dapat di unduh di https://www.vimeo.com/8351982
  2. Foto resolusi tinggi dan peta dapat di unduh di https://picasaweb.google.com/WWFID.Forest.Species/ SumatranTigerCubsAndMotherInRimbangBalingBukitTigapuluh CoridorRiauIndonesia?authkey=Gv1sRgCNr5mNLstN-k5QE&feat=directlink dengan mencantumkan copy right WWF-Indonesia/ PHKA sebagaimana tercantum pada foto tersebut
    Informasi lebih lanjut dapat ditemukan di www.SaveSumatra.org
  3. Aktivitas riset harimau WWF-Indonesia telah berlangsung semenjak 2004 dengan pusat penelitian di lanskap Tesso Nilo dan Bukit Tigapuluh yang mencakup empat daerah dilindungi. Hinggal November 2009 tim telah menggunakan 1169 rol yang menghasilkan 300 foto harimau Sumatera dan 8916 foto spesies lainnya.
  4. Harimau merupakan satwa karismatik dan spesies kunci keanekaragaman hayati dunia, serta simbol kebudayaan, kebanggan dan perekonomian Asia. Sebagai predator utama dalam rantai makanan, harimau mempertahankan populasi mangsa liar yang ada dibawah kendalinya, sehingga keseimbangan antara mangsa dan vegetasi dapat terjaga. Melindungi harimau akan membantu pelestarian spesies lain yang berada dalam habitat yang sama serta masyarakat yang hidupnya bergantung pada suplai air dan makanan dari alam.
  5. Informasi lebih lanjut tentang Global Tiger Initiative (GTI) dapat diakses di www.globaltigerinitiative.org
  6. WWF merupakan salah satu organisasi terbesar dan terpercaya dibidang konservasi, dengan lebih dari lima juta pendukung dan jaringan global yang aktif di lebih dari 100 negara. Misi WWF adalah mencegah kerusakan lingkungan hidup dan membangun masa depan yang lebih baik dimana manusia dapat hidup berdampingan dengan alam, melalui konservasi keragaman hayati, menjamin penggunaan sumber daya alam yang dapat diperbaharui secara lestari, serta mendukung pengurangan polusi dan konsumsi yang berlebihan.
Kontak:
Karmila Parakkasi, Koordinator Tim Riset Harimau WWF-Indonesia, +62 8117510735 Desmarita Murni, Koordinator Komunikasi Program Forest, Species and Fresh Water, +62 811793458, dmurni@wwf.or.id






Nama (*):

Email (*):

Komentar Anda (*):